Rabu, 13 Januari 2010

PERHATIKAN SUNGAI ANGKONA KITA KAWAN-KAWAN!!


"Kau tak akan pernah lupa.. Aku yakin Kau tak akan pernah lupa. Aku tak perlu menjelaskan alasannya kenapa. Kau, sama seperti Aku tak perlu mendapat penjelasan..."

Berapa panjangkah sungai ini sampai dia tiba di laut?
Berapa banyakkah desa yang diilewatinya?
Mungkin kita tak pernah tahu sampai saat ini jawaban tepatnya.

Yang aku tahu adalah sungai ini adalah tempatku bermain dulu dan sudah menjadi bagian dalam hidupku. Tidak! tak sesederhana itu... Bahkan di dalam darahku dan di seluruh tubuhku, ada bagian dari sungai itu. Sungai ini bukan hanya tempat kita bermain,.. Bukan hanya bagian dalam memori masa kecil kita. Airnya kita pakai untuk minum. Airnya mengairi sawah-sawah kita. Ketika panen padi tiba, kita makan nasi dari yang berasal dari padi di sawah kita, yang kemudian membangun sel-sel dan jaringan di dalam tubuh kita, yang membuat kita ada seperti sekarang ini. Oh.. betapa dia sudah menjadi bagian dari masing-masing kita.

Waktu kita kecil dulu, masih ingatkah kawan-kawan. Gunung-gunung yang tak begitu tinggi itu tampak mengelilingi kita. Saat pagi hari kita berjalan-jalan dan kita bisa memandang gunung2-guning itu berwarna biru. "Hutan" itu ada disana dulunya! Bukan Perkebunan! Bukan Pertambangan! Bukan milik segelintir orang!! Sama sekali BUKAN!!!

Setelah bermain ataupun bekerja di sawah dan di kebun, kita lalu mandi di sungai ini. Kalau kita melihat gunung berwarna putih karena sedang disiram hujan deras maka kita akan berhati-hati. Kita semua tahu bahwa jika di gunung sana hujan deras maka kemungkinan besar air akan meluap. Itu benar adanya. Air yang jatuh di tanah di gunung itu akan terkumpul melalui sungai-sungai kecil dan kemudian bergabung di sungai kita, lalu terus mengalir...

Kita tak pernah takut akan banjir dulunya. Yang kita khawatirkan dari banjir paling-paling adalah jika kita baru saja memupuki tanaman kita dan air meluap malam harinya. Tapi kita tak pernah benar-benar takut karena air yang meluap tak akan pernah lebih dari selutut di kebun kita. Tak akan pernah kita kuatir bahwa akan ada banjir lumpur. Iya, itu benar jika saja keadaan sekarang masih sama dengan keadaan saat dulu itu.

Kini, perkebunan kelapa sawit terus saja merambah di setiap gunung yang ada, bahkan gunung-gunung yang di atas itu. Kini, di gunung sana ditanami pohon-pohon kecil yang usianya tak lama.
Kini, mungkin akan dibangun tambang nikel di atas sana.
Kini... nasib pohon-pohon besar semakin terancam dan hutan hampir habis.
Tak lama lagi bencana akan datang....

Selama ini pohon-pohon telah menjaga kita dari berkurangnya air pada saat kemarau. Aku masih ingat waktu kelas 3 SD dulu kemarau sangat panjang pernah kita rasakan. Tapi, Apakah Sungai Angkona menjadi kering? Sama sekali tidak. Air terus mengalir. Selama itu pohon-pohon telah menjaga kita dari banjir dan longsor... Akar-akar pohon dan daun-daunnya telah membuat air hujan tak langsung menghantam tanah di gunung dengan kuat, membuat terjadinya penguapan, mengikat butir-butir tanah, menghasilkan lubang-lubang tempat air merembes masuk ke dalam tanah.. Daun-daun pohon yang telah gugur pun memperlambat gerak air yang mengalir di atas tanah dan membuat cacing-cacing dan binatang tanah lainnnya dapat hidup sehingga banyak lubang di tanah yang artinya infiltrasi air lebih besar.

Jika pohon-pohon itu ditebangi, dapatkah kelapa sawit dan tanaman yang entah apa itu melakukan hal yang sama?
Jika pohon-pohon itu ditebangi dan digantikan dengan tambang dimana hampir tak ada tanaman dalam areanya, masih dapatkah kita merasa aman di bawah sana?

Belum sama sekali! Itu belum semuanya!
Bagaimanakah jika suatu tambang didirikan disana? Akan dibuang kemanakah limbahnya, sisa-sisa yang berbahaya itu?
Sepertinya kita semua sudah tahu jawabannya..

Sebenarnya sangat sedih ketika berjalan-jalan di kebun di pagi hari dan tak bisa kulihat lagi burung-burung jalak yang jumlahnya ribuan, burung kepodang yang biasanya banyak, burung keket, burung berwarna hitam putih dengan ekor panjang, burung berwarna merah kuning dengan ekor panjang, burung anai-anai, burung cakurrak dan begitu banyak jenis burung dalam jumlah yang banyak yang dulu sering aku lihat di dalam kebun.. (belum lagi burung langka yang kepalanya besar yang kita namakan burung 'halo' _Rangkong_Red)

Kemanakah kalian semua? Apakah kalian mati tanpa penerus?? Ataukah kalian harus lari terus menjauh karena rumah kalian dihancurkan???

Begitu banyak yang indah yang hilang...
Begitu banyak bahaya yang akan datang...
(bahkan disaat kita belum berbicara, kemungkinan masalah-masalah sosial yang akan datang)

Akhir kata (walaupun masih begitu banyak yang ingin kusampaikan):

"Jika untuk Membuat Pendapatan Daerah Semakin Besar dengan Memberikan Keleluasaan Investasi yang Begitu Besar maka Kita Tak Perlu Melihat Dampak-dampak Lain Selain Pertumbuhan APBD yang Tinggi...

MAKA AKU BERKATA TIDAK UNTUK SEMUA ITU...!!!

Sekali Lagi Kawan-Kawanku..

"Perhatikan Sungai Angkona Kita!!"