Jumat, 25 Maret 2011

FALLASI


tulisan ini dibuat tanpa perlu berpikir lama, tanpa butuh referensi, tanpa membuat alurnya dengan jelas, dsb (yah karena ini mungkin masalah yang biasa-biasa saja) . ah.. malam dingin, rokok habis, air habis (ga bisa bikin kopi), orang-orang sudah pada tidur, ga da film yang menarik, lagi malas baca, dsb. so, lebih baik menulis.

hmm.. ternyata ada banyak orang yang sangat cepat menginterpretasikan sesuatu tanpa mencoba melihat lebih banyak keadaaan yang dihadapinya. bayangkan kalau begini, sebuah status di facebook, misalnya "berhentilah untuk hanya memepertahankan egomu kawan". ini sebuah pernyataan yang dibuat seseorang untuk beberapa temannya yang sedang ribut. nah, kemudian di bawahnya terdapat banyak komen yang tidak tepat dari teman-temannya yang lain. akhirnya terjadi distorsi dari pesan yang disampaikan. yang semula dibuat dengan tujuan serius menjadi bahan tertawaan.

ada juga keadaan seperti ini. seseorang telah berteman lama dengan seseorang yang lain. kita beri mereka nama si-A untuk yang pertama dan si-B untuk yang kedua. kemudian mereka lama berpisah, anggaplah dua tahun dengan hanya sedikit komunikasi. nah, pada suatu saat mereka bertemu lewat dunia maya, facebook. nah, akhirnya mereka mulai mengobrol (chating). obrolan berjalan dengan sapaan-sapaan yang umum. kemudian interaksi berjalan. lalu pada suatu hari mereka pun saling marahan dan kemudian tak pernah mengobrol lagi sejak saat itu dan si-B telah menghapus si-A dari daftar teman-temannya di facebook. apakah masalahnya serumit itu? sebenarnya semuanya hanya masalah sepele.

setelah pertemuan yang keberapa kalinya ternyata si-A mulai berubah cara pandangnya terhadap si-B. dia mulai beranggapan bahwa si-B kemungkinan juga memiliki perasaan yang sama dengan dia. nah, pada suatu ketika dia mendapati keadaan berubah, ternyata, percakapan mereka berikut-berikutnya telah menjadi percakapan yang hambar dan terkadang di tengah obrolan mereka, si-A membuat obrolannya offline. setelah beberapa kejadian seperti itu, dan terkadang juga si-A tiba-tiba offline dari facebook, maka si-B pun kesal dan akhirnya menghapus si-A dari daftar teman-temannnya di facebook. akhirnya itu menjadi lebih parah karena si-B mulai menganggap bahwa pertemanan dunia nyata mereka pun telah berakhir. sayangnya, ini adalah kasus yang benar-benar terjadi.

ironisnya, adalah bahwa sebenarnya orang-orang menarik kesimpulan dengan sangat cepat. dalam kasus si-A dan si-B, ternyata si-B menganggap bahwa dia menegenal si-A seperti dia mengenal si-A beberapa tahun yang lalu. padahal sebenarnya tidak. lingkungan mereka sudah jauh berbeda. si-A telah banyak berubah, demikian pula si-B walau dia tak menyadarinya. sebenarnya dapat dikatakan bahwa mereka sudah tak saling kenal, yang mereka kenal adalah memori mereka tentang orang itu dan sedikit info tambahan yang mereka punyai berupa foto-foto dan informasi lain di facebook. itu yang kemudian membuat percakapan mereka menjadi hambar. apa yang akan dibicarakan? jika mereka akan bercerita tentang masa lalu mereka, maka itu tak akan banyak karena banyak ingatan mereka yang telah telah terinterpretasikan kembali dan adapun yang masih tertinggal dan tetap murni tak cukup bnayak untuk menjadi bahan cerita. jika ingin bercerita tentang masa yang tak begitu jauh yang dihadapi oleh masing-masing mereka, itu juga tak akan bermakna banyak bagi yang lain. alasannya sederhana, si-A tak mengenal circumstance ketika si-B mengalami suatu kejadian, demikian pula sebaliknya. ingin bercerita tentang masa yang akan datang? lebih sulit lagi, karena mereka bukan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama.

perlahan, seperti diceritakan sebelumnya, percakapan mereka pun menjadi hambar. kemudian si-A, yang lebih sulit dalam mencari bahan pembicaraan, merasa bahwa lebih baik tidak memulai suatu percakapan atau menghindari si-B. akan tetapi di dalam diri mereka masing-masing, mereka merasa takut bahwa hubungan yang telah terjalin akan menjadi rusak. untuk itu, mereka mulai memilih cara-cara yang tepat untuk menghindar. terkadang seolah-olah tak menyadari adanya yang lain, dsb. sayangnya di saat itu aspirasi si-B sudah terlalu tinggi (sesuai teori konflik, jika pengalaman sebelumnya bagus, maka keinginan/aspirasi seseorang akan naik). demikianlah sampai kemudian pertemanan mereka menjadi rusak (cape menjelaskan lebih detil dan juga yang baca akan capek bacanya)

lama waktu berlalu sejak Aristoteles menjelaskan fallasi-fallasi dalam logika, dan ternyata sampai sekarang kita masih saja terjebak dalam kesalahan-kesalahan menarik kesimpulan. ini hanya salah satu contoh kecil fallasi dalam logika tetapi ternyata dampaknya besar juga.

oleh Ronald Reagan Rantealang pada 16 Agustus 2010 jam 4:41

1 komentar:

Silahkan posting komentar teman-teman...
Hormatku
JIMMI RANTEALANG